PRAKTIKUM
I
Topik :
Spermatogenesis dan Oogenesis
Tujuan :
1.Mengetahui spermatogenesis yang terjadi
dalam lumen tubulus
seminiferus testis
2. Mengetahui Oogenesis yang terjadi dalam ovarium
Hari/Tanggal :
Selasa/18 Februari
2014
Tempat :
Laboratorium Biologi PMIPA Unlam Banjarmasin
I.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan:
1. Mikroskop cahaya
Bahan yang
digunakan:
1. Preparat jadi Vesicula
Seminalis
2. Preparat jadi Testis
3. Preparat jadi Spermatozoa
4. Ovarium
II.
CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengamati sediaan mikroanatomi testis di bawah
mikroskop dengan perbesaran lemah. Memilih tubulus seminiferus yang bulat.
3. Mengamati sediaan tersebut dengan perbesaran kuat.
Mengamati masing-masing jenis sel spermatogenik yang terdapat di dalam tubulus
seminiferus testis.
4. Menggambar dan memberi keterangan jenis sel yang
terdapat di dalam tubulu seminiferus testis.
5. Menghitung jumlah masing-masing sel yang terdapat
dalam tubulus seminiferus.
6. Mengamati sediaan mikroanatomi Vesicula seminalis
di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah.
7. Mengamati sediaan mikroanatomi spermatozoa di
bawah mikroskop dengan perbesaran lemah.
8. Mengamati sediaan
mikroanatomi ovarium di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah.
9. Menggambar dan member keterangan jenis-jenis folikel yang terdapat
dalam preparat ovarium.
III.
TEORI DASAR
Spermatozoa
dihasilkan oleh testis melalui proses yang disebut spermatogenesis. Spermatozoa
pertama kali dilepas pada saat pubertas (Stchell, 1997). Spermatogenesis adalah
rangkaian peristiwa sitologis yang bertujuan menghasilkan spermatozoa masak
dari spermatogonium. Pada mammalia spermatogenesis berlangsung dalam tubulus
seminiferus testis yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan
sepanjang masa reproduksi (De kretser dan Kerr, 1997).
Spermarogenesis
dimulai pada saat primodia germ cell
mencapai gonad, primodia germ cell
membelah membentuk spermatogonia A1 sampai spermatogonia A4,
kemudian membelah membentuk spermatogonia B. Spermatogonia B kemudian lepas
dari membran basal tubulus seminiferus untukberturut-turut membentuk
spermatosit primer, preleptotene,
leptotene, zygotene, pachytene, diploten. Selanjutnya terjadi diakinesis
yang akhirnya menghasilkan dua sel anak yang disebut spermatosit sekunder.
Spermatosit sekunder kemudian menyelesaikan meiosis kedua yang menghasilkan
spermatid (De kretser dan Kerr, 1997). Spermatid berubah menjadi spermatozoa
melalui proses yang disebut spermiogenesis. Sel-sel spermatogenik yang berada
dalam berbagai tahap perkembangan tertata dalam komposisi sel tertentu di dalam
tubulus seminiferus. Waktu antara penampakan komposisi sel tertentu dengan
komposisi sel yang sama berikutnya disebut satu siklus epitelium seminiferus (De kretser dan Kerr, 1997; Van Tienhoven,
1993). Satu siklus epitelium seminiferus
tikus terbagi menjadi 14 stadium dengan komposisi sel yang berbeda-beda.
Satu siklus epitelium seminiferus tikus memerlukan waktu 12,3 hari. Sedangkan
waktu yang diperlukan spermatogonium menjadi spermatozoa yang siap keluar
tubulus seminiferus disebut satu siklus spermatogenesis. Pada tikus, satu
siklus spermatogenesis terjadi setelah 4 kali siklus epitelium seminiferus (De
kretser dan Kerr, 1997; Van Tienhoven, 1993).
Telur dihasilkan di dalam ovarium. Sel oogonia yang bersifat diploid
membelah secara mitosis menghasilkan sel oogonia tambahan. Pada kebanyakan
hewan akuatik dan amphibia proses tersebut terjadi sekali setahun. Akan tetapi
pada reptilia, burung dan mamalia, proses tersebut berhenti lama sebelum lahir.
Sebenarnya pada waktu itu fetus dari manusia (bayi yang sedang berkembang),
berumur 15 minggu dan multiplikasi oogonia hampir selesai. Ini tentu saja
membenarkan penekanan Weismann pada isolasi dini plasma nutfah (germflasm) dari
somaplasma.
Pembentukan
telur mulai terjadi ketika ooogonia mulai tumbuh dan berubah menjadi oosit
primer. Sel-sel diploid ini memasuki profase dari pembelahan meiosis pertama
dan sejak saat itu perkembangannya berhenti. Perkembangan oosit primer lebih
lanjut tak terjadi sampai saat hewan siap memasuki periode kegiatan reproduksi.
Pada kodok, hal ini terjadi sekali setahun, biasanya dalam musim semi setelah
dewasa. Kemudian ribuan oosit primer mulai suatu periode pertumbuhan yang
menyolok dan masing-masing terselubung dalam seberkas sel yang disebut folikel.
Bahan makanan dialihkan dari sel-sel folikel tersebut ke oosit yang sedang
tumbuh. Volume telur kodok meningkat lebih dari sejuta kali dalam periode ini.
Ketika fase
perkembangan ini selesai, sel telur suatu bulatan besar dengan sitoplasma yang
mengandung jumlah besar DNA, RNA, kuning telur, mitokondria, dan tetesan
minyak. Dalam telur kodok bahan inii tidak tersebar merata, tetapi meningkat
dari kutub ke kutub. Bagian gelap dari telur ini, diselubungi oleh apa yang
disebut kutub animal. Selain kuning telur, sebagian besar unsur pokok telur terpusat dekat kutub ini, demikian pula
inti (nukleus). Konsentrasi kuning telur ke arah kebalikannya, ialah kutub vegetal
yang berwarna muda.
Ketika pertumbuahan oosit primer hampir sempurna, pembelahan meiosis
pertama selesai pula. Sitoplasma tidak terbagi sama rata ke dalam kedua sel-sel
anaknya, tetapi hampir sebagian besar hanya ke salah satu sel anaknya. Sel anak
lainnya disebut badan kutub.
Pada kebanyakan vertebrata, pembelahan meiosis
kedua hanya sampai pada metafase dan kemudian berhenti. Pada waktu itu, telur
siap untuk lepas dari folikel, suatu proses yang disebut ovulasi. Folikel dan
dinding ovari robek, sehingga telur dapat masuk ke dalam rongga tubuh. Kemudian
telur tersebut memasuki oviduk, dimana bahan pelengkap dapat ditambahkan, pada
telur katak ialah cincin bersifat gelatin dari albumen (Kimball, 2000).
IV.
HASIL PENGAMATAN
Menurut literatur:
1.
Testis
Keterangan:
1. Tubulus seminiferus
2. Membran basal
3. Jaringan ikat
Sumber: Atlas of human histologi, 1975
2. Tubulus
simeniferus
Keterangan:
1. Tubulus seminiferus
2. Membran basal
3. Jaringan ikat
Sumber
: Mariano. Atlas of Human Histology
2.
Spermatozoa
Keterangan:
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
Sumber: Anonim a. 2014
3.
Ovarium
|
Sumber :
Flore, Mariano. Atlas Of Human Histologi.
1981. 223
V.
ANALISA DATA
1. Testis
Berdasarkan hasil
pengamatan, testis yang diamati merupakan tubulus seminiferus yang terdapat
dalam lobula testis. Tubulus seminiferus merupakan saluran penghasil mani,
tempat berlangsungnya spermatogenesis.
Dalam tubulus
seminiferus terdapat 5 daerah yaitu:
a. Lapisan
jaringan ikat
Lapisan ini pada percobaan terdiri
dari beberapa lapis sel yang berasal dari jaringan interstitial. Yang terluar
terdiri dari fibroblast, yang terdalam melekat ke lamina basalis, terdiri dari
sel myoid. Sel ini bersifat seperti sel otot, dapat berkerut tapi bentuk mirip
sel epitel.
b.
Lamina
basalis
Lamina basalis terdiri dari lapisan
tipis di dasar epitel germinal, mengandung butiran halus dan jalinan serat
halus.
c.
Epitel germinal
Epitel germinal
terdiri atas 2 macam sel:
1. Sel germinatif
Sel germinatif disebut spermatogonia.
Sel ini berada di dasar tubulus, selapis.
Spermatogonia berproliferasi terus menerus membentuk sel spermatogenik.
2. Sel pemelihara
Sel pemelihara itu disebut sel
sertoli. Berfungsi untuk memelihara, memberi makan dan melindungi sel-sel
spermatogenik dari perubahan pH, radiasi sinar radioaktif, dan serangan antobodi
yang mungkin hadir di dalam daerah atau lumen tubulus. Terletak antara
spermatogonia, tegak pada lamina basalis dan puncaknya mencapai lumen.
d.
Sel
spermatogenik
Sel spermatogenik
yaitu spermatosit, spermatid dan spermatozoa. Merupakan hasil dari spermatogonia
yang bermitosis berulang-ulang membentuk spermatosit primer, kemudian
bermeiosis membentuk spermatosit sekunder, tiap spermatosit sekunder menempuh
meiosis membentuk spermatid, kemudian spermatid mengalami transformasi menjadi
spermatozoon (jamak: spermatozoa).
e. Rongga
2.Spermatozoa
Berdasarkan hasil
pengamatan, spermatozoa berbentuk pyriform dengan bagian berupa kepala dan
ekor. Hal ini merupakan ciri spermatozoa primata khususnya manusia. Bagian-bagian dari sperma ini
memiliki fungsi:
1. Kepala berfungsi sebagai penerobos
jalan menuju dan masuk ke dalam ovum, dan membawa bahan genetis yang akan
diwariskan kepada keturunannya.
2. Ekor untuk pergerakan menuju
tempat pembuahan dan untuk mendorong kepala menerobos selaput ovum. Inti dan
akrosom berda dalam kepala . Inti mengandung bahan genetis, akrosom mengandung
berbagai enzim lisis. Akrosom ialah lisosom spermatozoon, untuk melisis lendir
penghalang saluran kelamin betina dan selaput ovum. Seperti halnya lisosom
umumnya, akrosom pun diproduksi oleh alat golgi. Ekor berporoskan flegellum,
flagellum ini memiliki rangka dasar disebut axonema. Dibina atas 9 duplet dan 2
singlet mikrotubulus. Ekor mengandung sentriol (sepasang, mitokondria dan serat
fibrosa).
3.
Vesicula
seminalis
Vesicula berupa
saluran yang terdapat sepasang dan
memiliki panjang 15 cm. Lapisan di dalamnya terdiri dari lapisan mokusa yang
berlipat-lipat dan bercabang-cabang. Pada vesicula ini terdapat prostat yang
memiliki untaian 30-50 kelenjar tubulo-alveolar yang bercabang-cabang. Pada
mammalia terdiri dari 3 pasang lobi:
1). Kelenjar koagulasi
2). Lobi dorsal
3). Lobi ventral
Seperti halnya
vesika semineferus, kelenjar di bina atas lapisan mukosa, lapisan otot polos,
dan lapisan jaringan ikat di paling luar.
4.
Ovarium
Ovarium terdiri dari daerah medula, daerah korteks, dan tunica albuginea.
Di ovarium inilah terjadinya oogenesis.
Oogenesis adalah proses pembentukan
ovum. Oogenesis ini sudah mulai semasa embrio awal, terhenti sebagian waktu
lahir dan dilanjutkan setelah akil baliq. Oogenesis adalah
suatu proses pembelahan sel dari oogonium menjadi oosit yang nantinya menjadi
ootid. Selanjutnya ootid inilah yang nantinya mengalami ovulasi.
Oogenesis mempunyai tiga tahapan, yaitu
1. Proliferasi
Proliferasi in
terjadi di primordial germ cells di dalam kantung yolk dekat allantois.
Primordial germ cell ini kemudian bermigrasi
besar-besaran ± 1700 butir menuju gonad dan berdifferensiasi di ovarium.
Primordial germ cells ini berproliferasi membentuk oogonia (tunggal: oogonium)
yang jumlahnya di taksir sekitar 600.000 butir. Oogonia berproliferasi secara
mitosis membentuk ± 7 juta oosit primer ketika embrio berumur 5 bulan, kemudian
beratresia waktu lahir menjadi sekitar 2 juta, waktu anak berumur 7 tahun
jumlahnya susut lagi menjdai sekitar 300.000.
2. Meiosis
Oosit primer
memasuki meiosis I ketika embrio umur 6 bulan,
mulai dari tahap leptoten, zigoten sampai pakiten. Meiosis I
menyelesaikan diploten profase ketika bayi lahir dan sampai di sini meiosis
berhenti. Ketika wanita akil balig meiosis I diselesaikan sampai diakenesis dan
waktu mau berovulasi meiosis II berlangsung.
Ketika meiosis I
berlangsung, terbentuk 1 oosit dan 1 polosit primer dan 1 oosit primer. Kalau
pembuahan berlangsung dan meiosis II diselesaikan, dari 1 oosit sekunder
terbentuk 1 ootid dan 1 polosit sekunder. Sementara itupolosit primer pun ikut
bermeiosis II hingga terbentuk 3 polosit pada akhir pembelahan. Ketiga polosit
tetap hadir di luar ootid, sampai pada cleavage awal mengalami degenerasi dan
diserap.
3. Transformasi atau pematangan
Pada waktu wanita
akil balig folikel tertier mengalami proses transformasi atau pematangan dan
pada oosit primernya berlangsung penyelesaian meiosis I, disusul meiosis II
samapi metafase. Berhenti sampai ada pembuahan. Folikel ini disebut matang atau
folikel Graaf, dan waktu ovulasi oosit sekundernya boleh disebut ovum.
VI.
KESIMPULAN
1. Seminiferus dalam testis
merupakan saluran penghasil mani, tempat berlangsungnya spermatogenesis.
2. Testis adalah kelenjar kelamin jantan yang
menghasilkan hormone kelamin jantan dan sel-sel sperma.
3. Spermatozoa berbentuk pyriform dengan bagian
berupa kepala dan ekor.
4. Vesicula berupa saluran yang terdapat sepasang dan
terletak di ujung ampulla yang
memiliki panjang 15 cm
5. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan
spermatozoa, dibagi atas 3 tahap yaitu: Spermatocytogenesis, Meiosis dan
Spermiogenesis
6. Oogenesis adalah proses pembentukan ovum yang
terjadi di ovarium.
7. Ovarium terdiri dari daerah medula, daerah
korteks, dan tunica albuginea.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
a. 2014 http://dedyspt.blogspot.com/2008/01/hormon-lh.html (diakses tanggal 24 Februari 2014)
Bevelander, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Erlangga: Jakarta
Kaspul dan Siti Wahidah Arsyad. 2014.
Penuntun Praktikum Embriologi. FKIP
UNLAM : Banjarmasin
Mariano. 1975. Atlas
of Human Histologi. Lea dan Febiager : Philodelphia.
Sugiyanto, J. 1996. Perkembangan Hewan. Depdikbud: Yogyakarta
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito: Bandung